Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sukses Wawing si Kucing Pintar untuk Mempertahankan Kelompoknya Diwaktu Musim Panas

Wawing si Kucing pintar, Pada zaman dahulu, hiduplah seeokor kucing yang sangat kesepian. Mengapa begitu? Ya, tentu saja karena kedua orang tuanya sudah tidak lagi bersamanya. Wawing hidup sendiri di sebuah desa Luasang yang mati, tidak ada manusia mau pun binatang lain. Desa yang sangat kecil dan gersang bagaikan desa yang sudah tidak ada kehidupan lagi. Namun Wawing tetap saja tinggal di desa tersebut tanpa berkeinginan untuk meninggalkannya.

kisah sukses kucing pintar

Pada suatu hari Wawing terbangun dari tidurnya di gubuk yang reot. Ia memandangi langit yang nampak begitu indah seraya ia pun berdoa memohon agar segera diturunkan air hujan. “ya Allah, turunkanlah air hujan” tiada henti Wawing berdoa. Wawing mulai berfikir apakah benar tentang apa yang telah dikatakan temannya waktu itu adalah benar. Bahwa ini adalah desa kutukan yang disebabkan oleh manusia yang begitu serakah.

Lima tahun yang lalu desa itu adalah desa yang sangat subur dan makmur. Petani hidup sejahtera hanya dengan menanam padi dan sayur-sayuran. Warga pun ada yang berternak unggas dengan di rawat sendiri tanpa harus diberikan bahan kimia sehingga unggas yang dihasilkan sangatlah sehat. Semua berkecukupan dan hidup bahagia.

Disisi lain, hari-demi hari prilaku manusia mulai berbeda. Mereka mulai serakah dengan lahan sawah yang sangat bermanfaat itu mulai di rubah menjadi bangunan-bangunan rumah. Pepohonan mulai di tebangi satu-persatu tanpa menanamnya kembali sebagai pengganti. Ikan-ikan yang ada disungai pun mulai dihabiskan dengan penangkapan ikan menggunakan listrik yang mengakibatkan benih-benih calon penerus generasi ikan pun mati. Tidak hanya itu, manusia pun tidak menjaga kebersihan, dengan contoh membuang sampah tidak pada tempatnya melainkan di sungai. Kini desa yang asri itu berubah menjadi desa yang sangat gersang.

Bencana mulai terjadi pada desa itu. Diawali dengan terjadinya longsor yang mengakibatkan rumah-rumah manusia rusak. Kemudian bencana lainnya adalah kebakaran hutan dan yang terakhir adalah kekeringan. Manusia pun mulai meninggalkan desa itu dan berpindah ke desa lain. Mereka membutuhkan air untuk kehidupan sehari-hari. Tidak mungkin jika mereka terus bertahan dalam kondisi kekeringan, sedangkan diluar sana masih ada kehidupan yang jauh lebih menjamin hidup mereka.

Wawing pun mulai menyadari bahwa dia harus bisa mengembalikan desa itu seperti semula. Wawing mencari sesuatu di gubuk yang ia tempati, tak lama kemudian ia menemukan sekarung gabah dan beberapa bibit pertanian lainnya. Wawing mulai menanam bibit-bibit itu. Ia juga membersihkan sampah- sampah yang menggenangi jalannya air. Setiap hari ia melakukan banyak hal yang bermanfaat. Tak lupa dibarengi dengan doa.

Malam telah datang, Wawing mulai bergegas tidur memasuki gubuk. Tiada lampu hanya cahaya bulan yang menyinari. Angin behembus sangat kencang malam itu, ia menarik kain untuk menutupi tubuhnya agar tidak kedinganan. Ia berdoa dan memohon perlindungan, ia sangat kuat ia tidak takut apapun ia sangat percaya bahwa Allah akan selalu bersamanya. Hingga akhirnya ia pun tertidur pulas.

Hari bahagia pun datang, Wawing merasa sangat senang dan bersyukur.

Bangun dipagi hari dengan suasana yang sangat indah. Bertahun-tahun ia menantikan hujan turun dan di pagi itu permohonannya terwujud. Betapa senangnya ia melihat bibi-bibit pertaniannya mulai tumbuh. Ia akan merawat dan menjaga semua yang ia dapatkan agar keberlangsungan hidup terus berjalan. Kucing-kucing pun mulai kembali ke desa itu dan manusia merasa menyesal dan bersalah karena ulah yang telah mereka perbuat.

Posting Komentar untuk "Kisah Sukses Wawing si Kucing Pintar untuk Mempertahankan Kelompoknya Diwaktu Musim Panas"